33 Ribu Tanaman Obat Herbal Ada di Indonesia, Bagaimana Nasibnya?

Kombinasi Pebisnis (GP) Jamu akui pemasaran suplemen alami peningkatan sepanjang wabah covid-19. Masalahnya keinginan warga akan produk pilihan untuk mempertahankan kesehatan mereka di tengah-tengah wabah alami kenaikan.

 

“Sepanjang covid 19 jadi efeknya khususnya di farmasi itu benar-benar rendah, khususnya di beberapa produk suplemen. Malah akan bertambah tajam yang semula pasar share-nya itu tidak begitu gede, tetapi sebab dengan wabah ini pada akhirnya beberapa orang seputar kita ini sadar akan kesehatan,” kata Wakil Ketua Sektor Humas DPP GP Jamu, Edward Basilianus dalam seminar-online Markplus The 2nd Series Industry Roundtable (Adegan 18), Selasa (17/11/2020).

Edward memandang, kondisi ini jadi kesempatan untuk pebisnis jamu atau obat herbal. Ingat kekuatan bahan baku obat herba yang ada secara melimpah di Indonesia.

“Ini jadikan kesempatan yang mengagumkan pada produk alami yang sejauh ini sesungguhnya leluhur kita sudah pernah minum kan untuk produk ini,” katanya.

Edward menguraikankan, ada seputar 45 ribu tumbuhan obat yang berada di dunia dan 33 ribu salah satunya tumbuh di Indonesia.

“Rupanya opportunity nya benar-benar mengagumkan dan itu belum terpampang secara baik. GP Jamu sendiri menggerakkan membawa kawan-kawan untuk pebisnis ini dapat untuk ambil opportunity yang ada,” kata Edward.

Tetapi, sebagai masalah ialah akseptasi dari produk herbal di kelompok dokter. Edward menerangkan, pengetahuan dokter berkenaan beberapa obat alami masih minim. Selaku perbedaan, Edward mengatakan ada program di Jepang seperti BPJS yang memberikan fasilitas pemakaian obat herbal.

“Dan kebenaran jika disitu ada juga hospitality-nya untuk alami medicine. Jadi mereka dapat belajar,” katanya. Masalah yang lain, yaitu tes medis. Di mana benar-benar diperlukan ongkos yang lumayan besar dan tingkatan yang cukup susah.

Daerah Genteng Candirejo, adalah daerah herbal di Surabaya, Jawa Timur yang mengusung ekonomi masyarakatnya dan menghijaukan daerah.

Masyarakat daerah herbal di Surabaya mempunyai kesadaran mempertahankan kesehatan keluarganya lewat tanaman herbal. Seperti belimbing wuluh, tanaman ikat nyowo, kunyit, bunga rosella, tanaman patah tulang dan tanaman herbal yang lain.

Berhasil masyarakat menanam tanaman herbal ini, disokong Dinas Pertanian Kota Surabaya, dengan membina masyarakat dimulai dari menanam, sampai mendapatkan training mengurus tanaman jadi minuman fresh dan makanan herbal untuk menambahkan pendapatan keluarga.

Wiwik Sri Hayati, salah satunya masyarakat daerah herbal, dengan bekal training yang didapatkan dan kreasinya, sukses menghasilkan minuman dan cemilan herbal, dari kebun tanaman herbal kepunyaannya.

Seperti minuman fresh konsentrat belimbing wuluh, minuman kunyit secang, beras kencur, temulawak, dan yang paling disukai yakni; manisan belimbing wuluh. Seluruh produk minuman herbal produksinya dipasarkan di antara Rp 8 -10 ribu per botol kecil.

Wiwik menjelaskan, Daerah Genteng Candirejo jadi Daerah Herbal Surabaya, kecuali masyarakat seputar jadi sehat, tingkat ekonomi masyarakatnya mulai terangkat. Bila awalnya buah belimbing wuluh terbuang percuma, tetapi sesudah mendapatkan training, buah belimbing wuluh dapat dibuat jadi minuman dan cemilan herbal yang laris dipasarkan.

Kementerian Pertanian (Kementan) merencanakan menghasilkan kalung antivirus berisi racikan herbal tanaman Eucalyptus. Eucalyptus disebutkan sanggup membunuh virus Corona dalam kurun waktu 15 menit.

By Timothy

error: Content is protected !!