Agen Bola Terpercaya

Ekonom Indef, Aviliani menjelaskan susah untuk perusahaan finance technology (fintech) untuk berkembang tiada bekerja bersama dengan perbankan. Karena, perusahaan fintech umumnya belum mempunyai ekosistem yang serupa dengan perbankan.

 

“Saya yakin fintech itu tiada bekerja bersama denga perbankan itu tidak gampang,” kata Aviliani dalam dialog bertema Traditional Bank VS Neo Bank, Jakarta, Selasa (17/11/2020).

Ia menjelaskan nampak dari beberapa ratus fintech yang tidak mempunyai ekosistem tidak menjadi besar. Kebalikannya, jika mereka bekerja bersama dengan perbankan susah untuk perbankan untuk dapat tutup ongkos operasional.

“Jika mereka tidak punyai ekosistem, mereka tidak menjadi besar atau memperoleh fee base untuk tutup ongkos operasional,” katanya.

Kedatangan perusahaan fintech lagi berkembang bisa lebih cepat dalam 3-4 tahun akhir. Walau demikian, Aviliani memandang perusahaan fintech tidak bisa gantikan peranan perbankan.

Faktanya, perusahaan fintech yang ada sekarang ini mempunyai kebatasan dalam lakukan transaksi bisnis. Sesaat perbankan mempunyai batasan optimal.

“Jadi sesungguhnya peranan perbankan itu masih berarti dan nampak banyak fintech yang bekerjasama dengan bank,” katanya

Disamping itu, perusahaan fintech perlu bekerja bersama dengan perbankan untuk memperoleh sumber permodalan. Karena mereka tidak dapat kumpulkan dana dari warga baik berbentuk tabungan, giro atau yang lain.

Perusahaan fintech benar-benar mempunyai banyak nasabah. Tapi kurang mempunyai kepercayaan untuk tempatkan dananya.

“Ke-2 mereka punyai anggota yang bnayak tetapi tidak punyai kepercayaan jika memberikan uang,” katanya.

Sesaat pemberian permodalan mempunyai risiko tidak tertagih. Hingga perusahaan fintech tempatkan dananya ke bank.

“Karena itu mereka konsen tempatkan dananya ke bank. Jadi kemana saja jika disaksikan dari fintech itu ujungnya kerjasama sama bank,” katanya.

Federasi Fintech Indonesia (Aftech) menulis, industri fintech di Indonesia lagi alami kenaikan di periode wabah covid-19. Diantaranya karena bertambahnya service yang dijajakan fintech benar-benar bermacam.

“Industri fintech di Indonesia lagi alami kenaikan dan berkembang perkembangan ini dapat disaksikan dari 3 hal,” kata Managing Director of AFTECH Mercy Simorangkir dalam Minggu Fintech Nasional 2020, Senin (16/11/2020).

3 hal tersebut salah satunya, pertama, dapat disaksikan dari bertambahnya jumlah pelaksana fintech yang berizin di Indonesia.

Kata Mercy, sekarang ini AFTECH mencatat lebih kurang 80 % dari semua jumlah pelaksana fintech yang berizin adalah anggota dari federasi fintech Indonesia.

“Saat federasi ini berdiri pada tahun 2016 kami mempunyai anggota dibangun oleh 6 founder selanjutnya diakhir 2016 ada seputar 24 pelaksana fintech,” katanya.

Misalkan di kuartal II 2020 pada Juni 2020, jumlah startup fintech sebagai anggota AFTECH lebih kurang memvisualisasikan 80 % dari jumlah pelaksana fintech berizin yang ada di Indonesia.

Pemicu ke-2 fintech lagi bertambah, dapat disaksikan dari bertambahnya keberagaman jalan keluar atau service keuangan digital yang dijajakan oleh pelaksana.

Mercy menjelaskan di awal 2016-2017 mode usaha fintech di Indonesia umumnya tawarkan metode pembayaran atau service utang online.

Tetapi pada tahun 2019-2020 telah ada 23 mode usaha fintech, salah satunya digital payment seperti e-money, e-wallet, payment gateway, remiten, dan yang lain. Hal tersebut karena tren pasar dari warga lagi alami kenaikan dalam mengadopsi digitalisasi.

Ketua Satuan tugas Siaga Investasi Tongam L Tobing bagikan panduan ke warga yang pengin memakai layanan utang online. Berikut ada 4 panduan yang seharusnya dikerjakan warga saat sebelum pinjam uang dari fintech.

By Timothy

error: Content is protected !!