Indonesia pemasaran association (ima) mengadakan seminar-online series 2 mengenai literasi keuangan dan pelindungan customer di zaman digital. Selasa 17 november 2020. Acara ini didatangi lebih dari 1.000 peserta dari bermacam undangan federasi layanan keuangan semua indonesia.
Ima memiliki inisiatif mengadakan seminar-online dan bekerja bersama dengan kewenangan layanan keuangan (ojk). Ikut terjebak beberapa aktor bidang keuangan di indonesia. Dimulai dari himpunan bank punya negara (himbara). Federasi perusahaan pembiayaan indonesia (appi). Ada Federasi fintech permodalan indonesia (afpi). Federasi asuransi umum indonesia (aaui) dan federasi asuransi jiwa indonesia (aaji). Sampai federasi modal ventura indonesia (amvi).
Seluruh perwakilan yang datang bagikan info dan pengetahuan baru untuk warga indonesia mengenai literasi keuangan dan pelindungan customer. Terutamanya di zaman digital.
Disebutkan bila dalam tahun-tahun ini sesudah zaman electric berpindah ke zaman digital. Banyak perombakan mencolok berlangsung. Kecuali memberi faedah. Zaman digital waktu ini mempunyai kesempatan disalahgunakan oleh bermacam faksi.
Oleh karenanya. Diperlukan satu cara inovasi supaya semua pemakai layanan keuangan digital berasa berguna. Aman. Dan tenteram dalam beraktivitas layanan atau servicenya.
Tirta segara. Anggota dewan komisioner ojk sektor edukasi menjelaskan seluruh pihak harus lagi menggerakkan literasi keuangan dan mendidik secara detil tiap susunan warga. Digitalisasi berlangsung di semua faktor baik transportasi. Traveling. Dunia selingan. Perbelanjaan dan tentu saja di bagian keuangan.
“kecuali banyak faedah yang didapat. Di lain sisi tiap tahun lagi banyak muncul financial technology (fintech) ilegal dan investasi bodong yang banyaknya capai beberapa ribu account.” terang ia.
Dari segi nilai. Rugi karena kejahatan cyber capai rp 8.160 triliun per tahun. Hingga dibutuhkan kolaborasi yang bagus dari bermacam instansi berkaitan untuk hadapi rintangan ini secara bersama.
Jadi. Kata tirta. Kita harus membuat perlindungan ke-2 segi. Yakni customer dan lembaganya. Hingga pada akhirnya akan didapat kenaikan tingkat keyakinan untuk seluruh stakeholders layanan keuangan itu. Oleh karenanya. Program pelindungan customer di zaman digital jadi makin penting dan penting.
Menurut tirta. Tiap layanan keuangan harus dipantau dengan 2 konsentrasi. Yakni pertama prudential. Yang meliputi seperti kesehatan pribadi instansi layanan keuangan (ljk). Profile resiko. Rasio keuangan dan manajemen atau operasional dan yang ke-2 konsentrasi pasar conduct. Yakni memantau sikap aktor
Usaha layanan keuangan (pujk) dalam terkait dengan customer. Ojk tidak dapat lakukan sendiri tiada kerjasama dan kolaborasi dengan lembaga-lembaga yang lain.
Berdasar survey yang dikerjakan oleh kewenangan layanan keuangan (ojk) di 2013 tingkat literasi keuangan indonesia masih ada di angka 21.8 % dan hasil index inklusi keuangan capai 59.7 %.
Selanjutnya bertambah pada tahun 2019 dengan tingkat index literasi keuangan indonesia di angka 38 % dan index inklusi keuangan ada di angka 76.2 %.
Tetapi. Selaku pembeda. Angka index inklusi indonesia masih ada di bawah negara asean yang lain. Misalkan singapura 98 %. Malaysia 85 %. Thailand 82 %.
Tentang hal tingkat index literasi keuangan terdaftar baru 38 %. Berarti. Banyak warga indonesia turut ke dalam metode keuangan. Tetapi belum memahami mengenai transaksi bisnis dan permasalahan keuangan itu.
Oleh karenanya. Walau angka index literasi itu alami peningkatan. Banyak peristiwa-kejadian yang diprediksi berasal dari minimnya literasi dari sisi keuangan. Berikut yang diartikan dengan rintangan bersama.
Ima adalah federasi yang kuat hubungannya dengan service keuangan dan pelindungan customer. Sebab anggotanya yang dari bermacam kelompok. Yakni sejumlah profesional. Pemerintah. Pengajar. Dan pengusaha yang tentu saja memakai bermacam service layanan keuangan dimulai dari perbankan. Pembiayaan. Asuransi. Sampai service dari tehnologi keuangan (tekfin).
President ima. Suparno djasmin menginginkan jika dialog seperti seminar-online yang dikerjakan ima ini perlu dibagi ke beberapa orang. Supaya literasi dan inklusi keuangan bisa makin baik. Dan beberapa customer dan penyuplai layanan keuangan bisa terlepas dari rugi.
Seminar-online series ini. Papar suparno djasmin. Searah dengan misi ima. Yakni selaku tempat untuk tingkatkan pengetahuan dan ketrampilan dan sebagai wakil kebutuhan sejumlah profesional marketing dan kewiraswastaan.
Honorary founding chairman ima. Hermawan kartajaya menjelaskan pelindungan customer dan literasi adalah satu kesempatan usaha. Dan satu poin penting. Manusia tidak bisa didigitalisasi atau mungkin tidak bisa diganti oleh mesin.
“yang dapat ditukar itu cuman beberapa fungsi spesifik. Manusia harus naik kembali manfaatnya saat peranan yang lama ditukar dengan peranan yang baru. Oleh karenanya. Untuk capai titik serasi. Dibutuhkan kesetimbangan digital di antara manusia dan tehnologi.” katanya.
Sekretaris himbara ahmad solichin lutfiyanto. Menjelaskan jika himbara lagi memberikan dukungan ojk untuk memaksimalkan literasi keuangan dan pelindungan customer.
Himbara menggerakkan laris pintar dan memberikan dukungan pelindungan nasabah untuk keberlanjutan financial inclusion. Disamping itu himbara berperanan dalam tingkatkan akses pada service keuangan secara terintegrasi dan memiliki komitmen untuk tingkatkan pelindungan customer lewat akselerasi inklusi dan literasi keuangan.
Ketua appi. Suwandi wiratno menjelaskan bila literasi dan inklusi keuangan di industri pembiayaan alami kenaikan di mana perubahan literasi tahun 2016 ada di angka 13 % dan tahun 2019 di angka 15.17 %. Bertambah sejumlah 16.7 %.
Sesaat perubahan inklusi tahun 2016 ada di angka 11.8 % dan tahun 2019 ada di angka 14.56 %. Bertambah sejumlah 23.3 %. “ini searah dengan yang dikerjakan oleh tiap industri yakni mengaplikasikan penyelenggaraan aktivitas literasi dan inklusi keuangan tiap tahunnya.”
Ketua satuan tugas siaga investasi tongam l tobing bagikan panduan ke warga yang pengin memakai layanan utang online. Berikut ada 4 panduan yang seharusnya dikerjakan warga saat sebelum pinjam uang dari fintech.